IAI DDI Polewali Mandar Kuliah Umum Hadirkan Dr. Muhammad Zain

Institut Agama Islam Darud Da’wah Wal-Irsyad (IAI-DDI) Polewali Mandar gelar Kuliah Umum bertempat di Aula mini IAI DDI, Senin (25/02/2019). Kuliah Umum tersebut menghadirkan Kepala Pusat Penelitian, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama RI, DR. Muhammad Zain sebagai pembicara. Kuliah umum kali ini mengangkat tema Tantangan Literasi dan Moderasi Beragama di Era Milenial.
Dalam penyampaiannya, DR. Muhammad Zain memaparkan bahwa terdapat empat perubahan yang sedang terjadi dan mempengaruhi tatanan dunia global saat ini pertama Akselerasi tekhnologi informasi terkait mahasiswa sekarang ingin cepat, multitasking dan connected mereka bisa mengerjakan dua atau tiga pekerjaan dalam satu waktu (multitasking) juga “maha terkonek” dengan dunia luar dan dibulying dimedsos adalah sesuatu yang sangat menyakitkan dibanding dibullying didunia nyata kedua aging population atau populasi yang semakin menua di China dan Jepang, seorang dewasa harus merawat enam orang tua. Kedua orang tuanya, dua rnertuanya, dan dua orang kakek buyutnya yang masih hidup. Sehingga mereka kewalahan dalam merawat manula. Apa yang terjadi? Mereka merawat orang tua tersebut dengan bantuan robot. Untuk mengantisipasi nestapa para lansia ini, Jepang sekarang sedang mengembangkan a prosperous human centered society, masyarakal yang terpusat pada kemakmuran manusia. Jepang sedang gencar-gencarnya mengembangkan teknologi untuk menolong para manula tadi.
Dalam hal memenuhi kebutuhan keseharian, seperti control makanan dan kesehatan, mereka cukup mengandalkan robot dan teknologi yang bisa memberikan informasi yang memadai tentang asupan makanan yang cocok dengan suhu pada hari ketiga Urban Society terdapat 440 kota di dunia ini yang menentukan mobilitas tenaga-tenaga profesional dan lajunya perekonomian dunia. Tianjin, China, Tokyo, Jepang, dan negara lain. sejatinya pendidikan yang modern tidak hanya menyasar masyarakat pedesaan, tetapi juga masyarakat kota.
Sehingga, keterarnpilan adalah suatu kemestian. Mahasiswa harus memiliki global dexterity, dan paln of prosperity ketangkasan global dan kemampuan untuk merencanakan kesejahteraan hidupnya dimasa depan. Keempat capital, people, investmen dengan melihat sejumlah perubahan revolusioner di atas, perguruan tinggi harus menerapkan strategi baru dalarn merespon tuntutan zaman. Menteri Pendidikan tinggi dan sains Malaysia telah menerapkan kebijakan 2 U and 2 I. Two years in university, and two years in industry. Mahasiswa dua tahun menerima teori di bangku kuliah, dan dua tahun langsung terjun di dunia industri atau masyarakat. Robert W. McChesney and John Nichols dalam bukunya People Get Ready the Fight Against a jobless economy and a citizenlese democracy. Bahwa The future is now.
Masa depan itu dirancang dan ditentukan sekarang. Masa depan itu ya sekarang. Tidak ada yang bisa menentukan takdir, tetapi kita bisa menemukannya dengan cara berlari kencang. Dalam studi agama, sekarang kita sedang mengalami “dislokasi agama”. Sejak awal 1990-an telah muncul generasi muslim tanpa masjid sebagaimana yang ditulis oleh Prof Kuntowijoyo. Ada sekelompok anak muda muslirn yang lahir di luar “rahim umat”. Mereka tidak mendapatkan pelajaran agama dari pondok pesantren, madrasah dan perguruan tinggi Islam. Mereka memperoleh ilmu agama dari membaca majalah video, buku, dst. Mereka juga jarang terlihat dan terlibat dengan kepengurusan rnasjid. Current issues yang sangat fenomenal sekarang ini adalah otoritas ulama dan tokoh-tokoh agama “didisrupsi”. Muncul “ulama-ulama baru (muda) yang juga berkeinginan “merebut” panggung tokoh-tokoh lama (tua). Tokoh-tokoh agama yang memiliki keilmuan yang mumpuni “kehilangan” pasar dan daya pikat. Hoaks atas nama agama juga berseliweran di medsos tanpa klarifikasi dari pemegang otoritas keilmuan. Umat menjadi galau dan gelisah. Kita khawatir, jangan sampai Indonesia mengalami “kekosongan spiritual” (spiritual avoid) sebagaimana halnya China sekarang ini. Orang memilih tidak beragama karena agama sudah tidak bisa mencerahkan kehidupan sosial mereka.
Lebih lanjut Muhammad Zain mengatakan diera kompetisi ini persaingan adalah sebuah kemestian dan untuk mewujudkan pendidikan Islam menjadi rujukan Islam dunia, maka karakteristik dan distingsi pendidikan Islam harus dikedepankan. Posisi perguruan tinggi di era akselerasi yakni era revolusi IT semua serba sibuk dan berlangsung serba cepat siapa yang lambat akan terlindas oleh zaman ibarat naik kereta super cepat telat satu menit akan tertinggal selanjutnya ada beberapa hal yang perlu menjadi pemikiran kita untuk peningkatan kualitas pendidikan tinggi diantaranya rencanya literasi. Indonesia sudah 73 tahun merdeka tetapi menurut data masih terdapat sekitar 5,9 juta warganya yang buta huruf. Secara international UNESCO melancarkan gerakan reading the past, writing the future agar warga dunia terbebas dari buta huruf. Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia kata nelson. Kampus harus merespon perkembangan zaman dan berikhtiar mencetak intelektual publik. Lanjut beliau menyampaikan Pendidikan karakter dewasa ini penting dimasukkan dalam kurikulum dan ada tiga landasan pendidikan karakter pertama memasukkan nilai-nilai humanis seperti saling menghargai dan menghormati sesama seperti jepang yang sudah menerapkan demikian sejak usia dini kedua mengembangkan karakter keilmuan ketiga menanamkan kebanggan kepada Indonesia, Pancasila, UUD 1945, persatuan Indonesia, NKRI adalah pilar-pilar kebangsaan kita dan sudah final.
Muhammad Zain dalam kuliah umum juga menyinggung terkait era revolusi 4.0 yang menuntut kita mampu menjawab tantangan atas pesatnya perkembangan pendidikan tinggi dengan berbagai dinamikanya. Kita harus mampu melakukan berbagai inovasi untuk menciptakan peluang dalam proses industrialisasi tekhnologi digital ini. Peningkatan kualitas dosen, pembenahan infrastruktur kampus dan sarana prasarana merupakan faktor urgen untuk menunjang keberhasilan berbagai program akademik diperguruan tinggi.
Sebagai penutup Muhammad Zain mengutip nasehat Jalaluddin Rumi bahwa “ketika kita meninggal, jangan cari pusara kita di atas bumi, tapi carilah dihati manusia. Abad ke 21 adalah abad kearifan siapa yang tidak memiliki kebijaksanaan hidupnya akan sia-sia ibarat menyelam agar kita selamat dan menemukan harta karun kearifan disamudra saya melihat kearifan-kearifan itu ada pada karya-karya rumi dalam kitab al-matsnawi dan fihi ma fihi.
Zain berpesan kepada mahasiswa agar mandiri untuk memiliki penghasilan diluar gaji karyawan atau PNS seperti dengan cara membangun usaha bisnis agar tidak mengharapkan gaji dimasa tua sebagaimana ulama-ulama Islam yang besar beliau mencontohkan Ulama Imam abu Hanifah.
Turut hadir pula dalam kuliah umum tersebut Rektor Drs. Abd. Salam Harianto, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Haris Nawawi, S.Ag.,M.Pd.I, Dekan Fakultas Hukum Kahar, S.H.,M.H, dan beberapa Ketua-Ketua Program Studi yang ada di kampus IAI DDI Polewali Mandar.
Mahasiswa dalam kuliah umum sangat antusias mendengarkan materi yang dipaparkan pembicara Ismail menyampaikan sangat berterima kasih atas kehadiran Kepala pusat penelitian dan pengembangan pendidikan kemenag RI karena telah sudi kiranya berbagi ilmu dan nasehat kepada kami dan pesan yang dapat saya petik dari kuliah umum ini “mari menjaga kearifan Lokal dan tetap berpikiran positif kepada pimpinan”
Editor : Ismail Basira